Sunday, November 16, 2008

Mimpi Dan Pengorbanan (san pemimpi)

Judul : Sang Pemimpi
Penulis : Andrea Hirata
Penerbit : Bentang, 2006
Tempat terbit : Yogyakarta
Jumlah halaman : X+292 hlm

Sang Pemimpi (Bentang, 2006) adalah sebuah cerita yang mengisahkan tentang lika-liku kehidupan penulis sebagai tokoh utama. Cerita yang mempesona dan akan membuat kita percaya pada tenaga cinta, percaya pada kekuatan mimpi dan pengorbanan. Andrea menarikan imajinasi dan melantunkan stambul mimpi-mimpi dua anak Melayu kampung: Ikal dan Arai.
Awalnya saya pikir sang pemimpi adalah sebuah cerita yang menceritakan tentang kenakalan remaja yang suka membuat kekacauan dan hanya bisa berkhayal dan bermimpi. Namun ternyata banyak pesan moral dan penyemangat jiwa muda yang sungguh sangat mengesankan. Kenakalan Ikal, Arai dan sahabatnya yang Invalid Jimbron, bukanlah hanya kenakalan biasa, namun penuh dengan petualangan yang begitu banyak hal yang bisa kita petik dari semua.
Pada cerita awal terkesan komikal dan kurang menarik bagi saya. Alur ceritanya campuran, maju mundur. Sempat membuat saya bingung dengan ceritanya. Bahasanya bercampur dengan bahasa melayu, butuh waktu yang cukup lama bagi orang-orang yang awam tentang sastra melayu untuk mengerti dan memahaminya.
Latar cerita ini adalah di pulau kecil Belitong. Ikal, Arai dan Jimbron adalah siswa di sebuah SMA Negeri Bukan Main. Mereka tinggal di sebuah lost kontrakan kumuh dan bekerja sebagai kuli ngambat yaitu tukang pikul ikan di dermaga. Mereka rela bekerja sebagai kuli ngambat hanya demi melanjutkan sekolah. Munculah suatu keinginan dalam diri ketiga pemuda itu suatu ketika.
“what we do in life…,” kata Pak Balia teatrikal,”…echoes in eternity…!! Setiap peristiwa di jagat raya ini adalah potongan-potongan mozaik. Terserak disana sini, tersebar dalam rentang waktu dan ruang-ruang. Namun, perlahan-lahan ia akan bersatu membentuk sosok seperti montase Antoni Gaudi. Mozaik-mozaik itu akan membangun siapa dirimu dewasa nanti. Lalu apapun yang kau kerjakan dalam hidup ini, akan bergema dalam keabadian…
“Maka berkelanalah di atas muka bumi ini untuk menemukan mozaikmu!’
“jelajahi kemegahan Eropa sampai ke Afrika yang eksotis. Temukan berliannya budaya sampai ke prancis. Langkahkan kakimu di atas altar suci almameter terhebat tiada tara: Sorbonne. Ikuti jejak-jejak Sarte, Louis Pasteur, Montesquieu, Voltaire. Di sanalah orang belajar science, sastra, dan seni hingga mengubah peradaban…” Aku dan Arai tak berkedip waktu Pak Balia memperlihatkan sebuah gambar. Dalam gambar itu tampak seorang pelukis sedang menghadapi sebidang kanvas. Ada sedikit coretan impresi. Dan nun di sana, di belakang kanvas itu, berdiri menjulang Menara Eiffel yang menunduk memerintahkan Sungai Seine agar membelah diri menjadi dua tepat di kaki-kakinya. Sungai itu pun patuh. Riak-riak kecilnya membiaskan cahaya seumpama jutaan bola-bola kaca yang dituangkan dari langit.
Pada saat itulah aku, Arai dan Jimbron mengkristalisasikan harapan agung kami dalam satu statement yang sangat ambisius:cita-cita kami adalah kami ingin sekolah ke Prancis! Ingin menginjakkan kaki di altar suci almameter Sorbone, ingin menjelajah Eropa sampai ke Afrika. Disinilah awal perjuangan mimpi itu dimulai.
Namun, sekarang aku memiliki filosofi baru bahwa berbuat yang terbaik pada titik dimana aku berdiri, itulah sesungguhnya sikap yang realistis. Maka sekarang aku adalah orang yang paling optimis. Jika kuibaratkan semangat manusia sebuah kurva, sebuah grafik, maka sikap optimis akan membawa kurva it uterus menanjak.
Menakjubkan kata-kata yang bisa membangkitkan sebuah cita-cita yang tinggi. Bahkan saya sendiri tersihir oleh kata-kata itu. Tergerak jiwa saya bahwa inilah hidup, semua dimulai dari mimpi. Mengajak kita berimajinasi tinggi meraih mimpi walau jauh di belahan bumi yang lain. Mimpi, cinta, dan pengorbanan semua disajikan dalam novel ini. Dan Andrea mengemasnya dengan apik.
Pengorbanan cinta Arai kepada Ikal, Jimbron dan pujaan hatinya dinda Nurmala. Pengorbanan cinta Arai pada jimbron terlihat, Diam-diam Arai melamar kerja pada Capo dengan satu tujuan agar Jimbron dapat mendekati kuda putih Pangeran Mustika Raja Brana. selama dua bulan ia menyerahkan diri pada penindasan Capo yang terkenal keras, semuanya demi Jimbron. Kerja di peternakan Capo seperti kerja rodi, setiap pulang malam Arai langsung tertidur sebab ia babak belur. Jimbron memang sangat menyukai kuda dan dia sangat sensitif dengan kuda. Sungguh Arai adalah seniman kehidupan sehari-hari.
Pengorbanan cinta Arai pada pujaan hatinya Nurmala. Cinta Arai pada Nurmala adalah salah satu dari kisah cinta yang paling menyedihkan di muka bumi ini. Cinta yang patah brkeping-keping karena selingkuh dan pengkhianatankah yang paling menyakitkan? Bukan. Cinta yang dipaksa putus karena perbedaan status, harta benda, dan agamakah yang paling menyesakkan? Masih bukan. Cinta yang menjadi dingin karena penyakit, penganiayaan, dan kebosanankah yang paling menyiksa? Tidak. Atau cinta yang terpisahkan samudra, lembah, dan gunung-gunung yang paling pilu? Sama sekali tidak. Bagaimanapun pedih dilalui kedua sejoli dalam empat keadaan itu mereka masih dapat saling mencinta atau saling membenci. Namun, yang paling memilukan adalah cinta yang tak peduli. Karena itu seorang filsuf yang siang malam menuliskan seni mencinta telah menulis love me or just hate me, but spare me with your indifference’ cintai aku atau sekalian benci aku, asal jangan tak acuhkan aku’. Malangnya yang terakhir itulah yang dialami Arai.
Pengorbanan cinta Arai pada Ikal, saudara sepangkuannya ini pun tak kalah menarik dan menggugah hati. Arailah yang selalu membesarkan hati Ikal, yang mengajari Ikal akan kekuatan mimpi dan pengorbanan. Padahal hidup Arai jauh lebih memilukan dibading Ikal, saat masih kelas satu SD ibunya meninggal, lalu dua tahun kemudian Ayahnya pun tiada. Lalu Arai dirawat oleh keluarga Ikal. Terkadang Arai membuatkan mainan sederhana untuk Ikal, walau sederhana namun ketulusan hati yang ingin menghibur itu lebih berharga. Saat kancing baju Ikal lepas, Arai pun bangun tengah malam untuk menjahitkan kancing baju Ikal, dan paginya baju itu sudah siap tertata rapi. Dan masih banyak lagi pengorbanan Arai yang tak bisa tertuliskan, pengorbanan yang didasari kasih sayang dan cinta.
Namun akhirnya semua itu tak sia-sia cita-cita mereka untuk menginjakkan kaki dan menuntut ilmu di Sorbone tercapai juga dengan lika-liku kehidupan yang semula mustahil bagi orang miskin seperti mereka. Ya inilah hidup tetap optimis walau perih. Novel ini memang sedikit ruwet bahasanya, tapi didalamnya mengandung motivasi yang besar. Sangat layak dibaca oleh kalangan pemuda yang menggantungkan mimpinya setinggi langit. Akhir pencapaian yang sukses, itulah yang diharapkan. Tak salah kata-kata filosofi bahwa’Hidup Berawal Dari Mimpi’.

No comments:

Post a Comment