Tuesday, March 10, 2009

hemmmmmm

22 Februari jam 6:13
Balas
Manusia tidak dapat memilih siapa yang patut jadi ibu dan ayahnya. Tetapi manusia masih ada ruang dan peluang untuk memilih siapa calon pasangan hidupnya.

Nabi SAW sendiri pernah memberitahu kriteria atau nasehat dalam pemilihan pasangan hidup, Antara lain Nabi SAW bersabda: Wanita itu dikahwini kerana dengan sebab hartanya, kecantikannya, keturunannya dan keagamaannya. Hendaklah kamu pilih yang kuat agamanya, tentu akan menenangkan kedua tanganmu. Riwayat Bukhari Muslim

Memang benar bahwa jodoh dan pertemuan itu takdir ketentuan Allah. Namun ketentuan ini tidak boleh menafikan usaha dan iktiar.

Pemilihan bakal suami bagi seorang wanita adalah lebih kritikal sebenarnya. karena suami sebenarnya ibarat penghubung talian taat seorang isteri kepada Allah. Ia juga menjadi jalan turun cinta dan redha Allah SWT kepadanya.Begitu juga bagi lelaki. Jika tersalah pilih calon isteri maka besar juga risikonya. Ini disebabkan dia memipertanggungjawabkan sepenuhnya untuk memimpin seisi keluarga meniti jalan ke syurga. Kesefahaman dan kerjasama penuh kepada isterinya amat diperlukan untuk mengemban tanggungjawab besar yang dipikulnya. Jika suami gagal mendidik dan memimpin keluarga, bukan saja anak isteri yang masuk ke dalam neraka, bahkan dirinya sekali terikut juga.

Di dalam Islam, wanita ada hak untuk memilih bakal suaminya. Tanggapan bahwa wanita tidak ada hak memilih calon suaminya adalah salah. Dalam hal ini Abu Hurairah ra pernah mendengar Nabi SAW bersabda:Seorang wanita / janda tidak boleh dinikahkan sebelum ia diminta pertimbangan dan seorang gadis perawan tidak boleh dinikahkan
sebelum ia diminta persetujuan. Riwayat Bukhari dan Muslim.

Di dalam sejarah ada banyak kisah wanita mempertahankan hak memilih suami. Antaranya ialah kisah Khansa binti Khidam yang mengadu kepada Rasulullah SAW yang akan dikahwinkan oleh ayahnya, pada hal dia tidak suka. Rasulullah SAW telah menolak keinginan ayah Khansa. (Riwayat Bukhari).

Dalam satu kisah lain yang diriwayatkan Bukhari, seorang bekas budak bernama Barirah mempertahankan haknya tidak mau kahwin dengan Mughis meskipun didukung oleh Nabi SAW. ketika ditanya oleh Nabi SAW, Barirah bertanya kembali:;Wahai Rasulullah, apakah ini perintah buatku?; Nabi SAW menjawab: Aku sekadar memberi syafaat.; Lantas mendengarnya, Barirah menolak peminangan Mughis dan Rasulullah SAW menerima keputusannya.

Malahan ada dalam sejarah kisah wanita yang memilih lelaki (Rasulullah SAW) dan menawarkan diri untuk jadi isteri kepada baginda Rosul. ketika wanita itu melihat Rasulullah SAW tidak memutuskan sesuatu terhadap tawarannya itu,lantas dia duduk - (Riwayat Bukhari Muslim). Diamnya Nabi SAW berarti tindakan wanita itu tidak dilarang.

Begitu juga dengan wahyu yang masih turun waktu itu.Bahkan ada diterangkan di dalam kitab fiqih; apabila pilihan wanita tidak diterima oleh walinya maka ketika itu berpindahlah hak kewalian Wali Mujbir kepada Wali Hakim. Asalkan pilihannya itu benar berlandaskan pedoman syariat (di mana calon suami kufu seimbang agama dan mampu mengadakan mahar) maka bapanya perlu menurutinya.

Jika dalam keadaan ayahnya ingkar maka gugurlah hak si ayah mewalikan anaknya. Menyadari tuntutan dan taruhan nikah dalam kehidupan maka semestinya wanita menggunakan sebijak-bijaknya hak untuk memilih pasangan hidupnya.
Jangan meremehkan dan terburu nafsu membuat pilihan. Lebih-lebih lagi jangan membuat keputusan berdasarkan desakan orang lain. Maka seharusnya terlebih dahulu mencari jalan untuk
memastikan bahwa calon suami faham peranan dan tanggungjawabnya serta berpotensi menuntun ahli keluarganya ke syurga.
Setelah merasa aman dan percaya terhadap pegangan agama dan hati budi calon suami maka terimalah pinangannya.
Sehubungan ini Nabi SAW ada bersabda:;Apabila telah datang meminang lelaki yang dipercayai agamanya dan
kejujurannya (amanah); maka terimalah pinangannya. Sebab jika pinangannya ditolak maka tunggulah terjadinya fitnah
di bumi dan kerusakan yang besar.{ Riwayat Tirmizi }

Wallohu alam bi showab

No comments:

Post a Comment