Wednesday, November 4, 2009

Mulutmu harimaumu

Zainal Arifin November 2 at 10:42pm Reply
Waspadai dan hati-hatilah engkau dari kebiasaan berdusta, karena seorang pendusta adalah manusia terkutuk seperti ditegaskan Al-Qur’anul Kariim. Siapa saja yang berucap sesuatu dengan kebohongan maka keadilannya telah gugur, cerita-ceritanya pasti tidak akan dipercaya dan mereka pasti akan menghinanya. Dia sendiri akan menjadi hina di mata seluruh manusia di atas muka bumi ini. Maka hati-hati dan hindarilah dirimu dari perbuatan dusta secara total, dan jauhkan dari sesuatu yang dapat membuat kualitasmu menjadi berkurang dan hina. Jangan kau membiasakannya baik dalam keadaan serius maupun canda, tidak pula dalam keadaan terjaga ataupun tertidur. Misalnya engkau berkata bahwa, “aku melihat sesuatu” padahal engkau tidak melihatnya.


Dalam sebuah hadist dinyatakan, “Barang siapa yang berdusta dan mendustakan apa yang dilihatnya padahal dia tidak melihatnya maka kelak di hari kiamat dia akan dipaksa akan diminta oleh Allah untuk mengikat antara dua biji sya’ir yang terbuat dari api neraka, dan siapa yang mendengarkan ucapan suatu kaum yang membencinya, maka kelak akan dicucurkan kepada kedua telinganya Al-Anuk yaitu air timah yang telah dihancurkan/ dipanaskan.”


Janganlah kau bawa berita tentang para pembohong karena nanti hal itu akan dinisbatkan kepadamu dan celaannya akan kembali padamu. Dalam Shahih Muslim terdapat sebuah hadist Nabi Muhammad shollalllahu ‘alaiHi wasallam yang berbunyi: “Cukuplah merupakan sebuah perbuatan dusta bagi seseorang ketika dia mengucapkan segala sesuatu yang dia dengar.”


Kalau kau ingin mengetahui bukti atas apa yang kau ucapkan, maka dengarkanlah apa yang diucapkan oleh orang-orang ditempat perkumpulan mereka, jika diucapkan pada mereka. “Si Fulan berkata begini”. Kalau dia termasuk orang jujur, tentu tidak akan kau dengar seorangpun yang mengkritik atau menghujatnya.


Tetapi jika dia termasuk orang pembohong maka ucapannya tidak akan diterima meskipun dia benar. Karena itu pilihlah untuk dirimu mana diantara kedua jalan itu yang kau kehendaki.


Secara garis besar kuwasiatkan agar engkau selalu membiasakan diri bersikap diam, karena sikap demikian adalah yang paling tepat dan pantas kau lakukan. ‘Isa A.S pernah berkata, “jika berbicara itu diibaratkan dengan sebuah perak, maka sikap diam diumpamakan sebagai emas”.


Seorang Penyair berkata :
“Seseorang mati akibat kesalahan lidahnya, dan tidak berakibat mati siapa yang terjatuh karena ketergelinciran kakinya, kesalahannya dalam berbicara dapat memisahkan kepala dari tubuhnya, sedangkan luka akibat ketergelinciran kakinya dapat segera pulih.”


Penyair lain menuturkan:
“Jagalah lisanmu wahai manusia, jangan sampai dia menggigitmu, karena dia adalah ular berbahaya, betapa banyak penghuni kubur yang mati akibat ulah lisannya sendiri, para pemberani sekalipun, tak kuasa berhadapan dengan lisan yang berbahaya.”


Penyair lain menuturkan:
“Sesungguhnya lisan, meski bentuknya kecil, namun sebenarnya besar dan berbahaya, seringkali aku menyesali apa yang telah kuucapkan, dan yang tidak kuucapkan tidak kusesali...”


Dalam sebuah hadist, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Bukankah manusia dijerumuskan ke dalam api neraka melalui wajah dan hidung-hidung sebagai akibat dari lisan mereka sendiri?”

Diriwayatkan pula bahwa Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq R.A seringkali meletakkan batu pada mulutnya agar beliau tidak mudah berbicara seraya berkata: “Inilah yang dapat membuatku tercampakkan ke dalam api” sambil menunjuk lisannya.

No comments:

Post a Comment