Sunday, February 7, 2010

ILMU HIKMAH

Ilmu hikmah, yang antara lain berupa Azimat, merupakan Khazanah budaya Islam yang juga diajarkan oleh Rasulullah SAW. Namun, jika akidah dan iman penggunanya tidak kuat, bisa terjerumus ke dalam syirik.

Kemampuan supranatural memang merupakan fenomena tersendiri, dan begitu lekat dengan kehidupan tradisional negeri ini. Hampir semua cerita rakyat atau legenda yang diceritakan turun temurun selalu disisipi dengan kisah-kisah kesaktian tokoh-tokohnya.
Kekuatan dan peristiwa-peristiwa supranatural sebenarnya juga dikenal dalam khazanah Islam yang lazim disebut khariqul 'adah, yakni sesuatu yang berada di luar kebiasaan atau hukum alam. Dalam terminologi ilmu aqidah, khariqul 'adah dibagi menjadi lima.

Pertama, Mukjizat, yaitu keluarbiasaan yang dianugerahkan oleh Allah SWT kepada para nabi dan Rasul.

Kedua, karomah, keluarbiasaan yang dianugerahkan oleh Allah SWT kepada kekasih Allah alias para wali.

Ketiga, ma'unah, keluarbiasaan yang dianugerahkan oleh Allah SWT kepada orang-orang shaleh.

Keempat, irhasy, keluarbiasaan yang dianugerahkan oleh Allah SWT kepada orang mukmin biasa.

Kelima, istidraj, keluarbiasaan yang dianugerahkan oleh Allah SWT kepada orang kafir atau zalim sebagai upaya membiarkan atas kejahatannya ~ dalam bahasa jawa: nglulu. Orang betawi bilang: ngambul.

Kelima supranaturalitas seperti itu murni anugerah dari Allah SWT. Diluar yang lima tersebut, ada lagi keluarbiasaan yang oleh Allah SWT didasarkan pada upaya manusia. Hanya melalui riyadhah (tirakat) yang kuat dan keyakinan yang teguhlah supranaturalitas bisa diraih. Kaifiat atau tata cara itulah yang lazim disebut ilmu hikmah.

Adapun ilmu hikmah menurut bahasa berarti kearifan, atau mengetahui rahasia dibalik sesuatu. Hikmah juga berarti mengambil sesuatu sesuai dengan kaifiatnya, tata caranya. Menurut Dr. Said Agil Siradj, salah satu ketua PBNU, ilmu hikmah bukan bagian dari tasawwuf, juga bukan karamah. Sebab, jika diamalkan sesuai dengan kaifiatnya, biasanya berhasil ~ tak perduli yang mengamalkannya orang baik, setengah baik, atau jahat sekalipun. Berbeda dengan karamah, yang merupakan anugerah dari Allah SWT kepada hamba-Nya yang terpilih, yaitu orang-orang shaleh.

Karena itu, seorang tokoh ilmu hikmah seperti imam Ali Al-Buni, penyusun kitab legendaris Syamsul Ma'arif dan Mamba'u Usul al-Hikmah, tidak mesti identik sebagai sufi (tapi menurut Habib Luthfi bin Yahya Pekalongan, imam Ali Al-Buni termasuk waliyyullah). Meskipun ada juga beberapa ulama sufi yang menguasai ilmu hikmah. Ibnu Sina dikenal sebagai ulama sufi pencipta wafaq, atau rajah, yaitu rangkaian beberapa huruf Arab yang diyakini dapat mendatangkan kekuatan dengan izin Allah SWT. Demikian pula dengan imam Ghazali, yang juga menguasai ilmu hikmah dan menciptakan rajah-rajah kecil.

Menurut Syekh Abdullah Sahal At-Tasturi, ilmu hikmah ialah ilmul awa-il, ilmu kuno yang diturunkan oleh Allah SWT khusus kepada Hurmus, tokoh yang konon pertama kali menerjemahkan nilai-nilai gaib menjadi kenyataan. Siapa sebenarnya Hurmus ~ yang dipercaya hidup dizaman Babylonia dimana Nabi Idris hidup ~ tidak jelas.

Dalam berbagai faidah dan fungsinya ilmu hikmah terbagi dalam tiga bentuk. Pertama, berupa tulisan yang lazim disebut wifiq (wafaq) atau isim, yang seringkali juga disebut azimat, yang berarti keteguhan, karena diyakini dapat membantu mendapatkan keteguhan setelah berdoa. Isi azimat macam-macam. Ada yang berupa ayat Al-Qur'an, asma Allah SWT, nama Nabi, nama malaikat, atau nama orang-orang shaleh ~ termasuk nama tujuh pemuda shaleh yang bersembunyi di Gua Kahfi. Ada pula yang berisi huruf atau angka-angka Arab dalam rangkaian tertentu.

Kedua, berupa bacaan. Ilmu hikmah berupa bacaan ini banyak ragamnya, seperti ratib, yaitu rangkaian doa susunan para habib salaf yang masyhur sebagai waliyullah, terdiri dari ayat-ayat Al-Qur'an dan dzikir ma'tsurat, yaitu dzikir dari Rasullah SAW yang diijazahkan secara umum kepada umat. Ada pula yang berupa hizib, yaitu doa perlindungan yang disusun oleh para auliya, seperti hizib nawawi susunan Imam Nawawi, hizib nashr milik Syekh Abu hasan Syadzili, dan sebagainya yang ijazahnya diberikan secara khusus. Ada pula yang berupa asma', yaitu dzikir tawassul dengan menyebut asma' Allah, para Nabi, Malaikat, dan auliya. Ada yang berupa jaljalut, yaitu rangkaian doa yang berasal dari doa sya'ir orang-orang shaleh, seperti jaljalut sayidina Ali binAbi thalib, atau kutipan bait-bait burdah, dan sebagainya. Ada pula ilmu hikmah yang berupa shalawat.
Ilmu hikmah yang berupa bacaan, ada yang tersusun dalam bahasa Arab, ada yang berbahasa suryani, yaitu bahasa malaikat. Doa-doa atau bacaan dalam ilmu hikmah tersebut sering juga disebut ruqyah, yang secara bahasa berarti mantra atau jampi-jampi.

Bentuk ilmu hikmah yang ketiga berupa amalan, yang biasanya berupa puasa atau sholat sunah, menyertai pengamalan bacaan ilmu hikmah atau penulisan wifiq. Puasa sunah yang sering diijazahkan adalah puasa sunah mutlak, sedangkan sholat sunahnya adalah sholat hajat. Kedua macam ibadah itu diniatkan untuk taqorrub ilallah (mendekatkan diri kepada Allah) agar hajatnya lekas terkabul. Mengenai keluarbiasaan yang diupayakan melalui taqorrub ilallah, hikmahnya bukan hanya berupa nushrah (pertolongan) Allah SWT, tapi bahkan berupa qudratullah (ketetapan Allah) dan irodatullah (kehendak Allah). Dan ketetapan serta kehendak Allah itu terkadang tidak melalui sunnatullah biasa. Orang yang terkena api, menurut sunnatullah, seharusnya terbakar. Tapi dengan irodah Allah SWT ia bisa selamat.

Oleh karena ilmu hikmah termasuk ilmu yang sangat kuno (awa-il), wajar jika menimbulkan pro-kontra dalam menyikapinya. Para ulama ahli hadist misalnya, menolak menggunakan ilmu hikmah, karena mereka menganggap cukuplah sudah kaum muslimin mengamalkan wirid yang disjarkan Rasulullah SAW. Wirid-wirid yang dikenal sebagai al-waridatul ma'tsurat itu antara lain ayat kursi, surah Al-Falaq, An-Nas, Ya-Sin, Al-Mulk, Al-Waqi'ah ~ yang dimasyarakatkan oleh Imam Hanafi.

Dilain pihak, mereka yang menerima ilmu hikmah juga punya hujjah atau argumentasi. Dalam hal wifiq,misalnya, dalam kitab Khazinatul Asrar karya Sayid Muhammad Haqqi An-Nazili,halaman 72, Imam An-Naisaburi meriwayatkan ucapan Ibnu Abbas yang menganjurkan penulisan nama tujuh pemuda shaleh penghuni Gua Kahfi. Faedahnya: orang yang bersangkutan terjaga dari kebakaran, juga bisa untuk mendiamkan tangis anak kecil yang rewel. Dalam kitab yang sama juga dinukilkan hadist Rasulullah SAW (tanpa rawi), "Ajarilah anak-anak mu nama-nama Ashabul Kahfi, karena sesungguhnya jika nama-nama itu ditulis dipintu, rumah tidak akan terbakar; jika ditulis diperhiasan, tidak dicuri; jika ditulis diperahu, tidak tenggelam.

Sementara dalam kitab Al-Adzkar An-Nawawiyah diriwayatkan, pada zaman sahabat Rasulullah SAW ada doa perlindungan diri dari godaan syetan yang dianjurkan selalu dibaca oleh kaum muslimin. Sedangkan bagi anak kecil yang belum mampu membaca, dianjurkan menuliskan dan menjadikan doa tersebut sebagai kalung.
Meski diyakini sebagian bersumber dari Rasulullah SAW, dan sebagian dari ulama salaf yang shaleh, periwayatan ilmu hikmah memang jarang mencapai derajat shahih. Bahkan terkadang tidak terdapat sanadnya.

Menurut KH. Syafi'i Hadzami, seorang Ulama Betawi, sebagian hadist tentang ilmu hikmah tersebut memang diriwayatkan secara sirri, rahasia, sehingga seringkali sanadnya hanya mencapai kwalitas dha'if (lemah) atau hasan (baik). Sebagian lagi diperoleh Ulama dari Rasulullah SAW melalui mimpi. "Mimpi bertemu Rasulullah adalah sebuah kebenaran,: kata Muallim Syafi'i. "Dalam hal hukum, ia tidak bisa dijadikan sandaran. Tapi dalam hal fadha-ilul a'mal, keutamaan ibadah, amalan yang didapat dari mimpi bertemu Rasulullah SAW boleh diamalkan. Dalam hal ini, KH. Said Agil Siradj mengaku juga mengamalkan beberapa ilmu hikmah seperti pembacaan hizib. "Apa salahnya kita menerima ilmu hikmah, asal tidak bertentangan dengan prinsip tauhid?Asal kita minta hanya kepada Allah SWT ~ meskipun yang kita pakai cara-cara kuno, itu tidak ada masalah."

No comments:

Post a Comment