Tuesday, February 17, 2009

Laporan Ilmu bahan

MAKALAH ILMU BAHAN III
BAJA

Disususn Oleh
Agus Budianto Ulil
Gery Budiman
Sulistiyono/071700

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SULATAN AGENG TIRTAYASA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
CILEGON
2008
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta'ala atas rahmat,petujuk serta segala kemudahan yang telah diberikan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah ini kami buat sebagai bagian dari presentasi kami tentang materi ilmu bahan dengan sub pokok bahasan Baja. Materi ini kami ambil dari beberapa referensi terutama dari internet dan buku.
Semoga makalah ini bisa berguna dan menambah pengetahuan bagi siapa saja yang membacanya. Kami ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pengerjaan makalah ini. Semoga Allah member mereka balasan amal yang sesuai.
Kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan dari pembaca demi terciptanya karya kami yang lebih baik lagi. Dan semoga karya kami ini menjadi bagian dari amal kami. Amin

Cilegon, Mei 2008


Penulis


BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
BAJA adalah bahan dasar vital untuk industri. Semua segmen kehidupan, mulai dari peralatan dapur, transportasi, generator pembangkit listrik, sampai kerangka gedung dan jembatan menggunakan baja. Eksploitasi besi baja menduduki peringkat pertama di antara barang tambang logam dan produknya melingkupi hampir 95 persen dari produk barang berbahan logam.

Perkembangan teknologi makin hari makin pesat. Hal ini ikut memicu perkembangan di berbagai bidang, juga termasuk bidang teknik sipil.
Perkembangan ini berlanjut terus dari waktu ke waktu di semua aspek bidang teknik sipil termasuk baja yang digunakan sebagai salah satu bahan bangunan dalam teknik sipil. Sebagai seseorang yang belajar dalam teknik sipil, sangat penting untuk terus mengikuti perkembangan tersebut.
Karena mengetahui pentingnya hal tersebut, maka kami menyusun makalah tentang Baja ini yang kami ambil dari beberapa referensi, sebagai pengetahuan tambahan.

2. TUJUAN PEMBUATAN MAKALAH
Tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
a. Sebagai bahan presentasi Ilmu Bahan I,sub pokok Baja.
b. Pengenalan materi tentang Baja.
c. Meningkatkan pengetahuan tentang Ilmu Bahan terutama tentang Baja dalam Teknik Sipil.
d. Mengenal sejarah, proses pembuatan, karakteristik sifat serta pemanfaatan Baja.



3. RUMUSAN MASALAH
a. Pengertian baja
b. Sifat kekerasan baja
c. Proses pebbuatan baja
d. Klasifikasi baja
e. Penggunaan baja

4. TINJAUAN KEPUSTAKAAN
a. Buku Pengetahuan Bahan Teknik.
b. Artikel dari beberapa website.






DAFTAR ISI





















BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Baja

Baja dan Besi sampai saat ini menduduki peringkat pertama logam yang paling banyak penggunaanya, besi dan baja mempunyai kandungan unsur utama yang sama yaitu Fe, hanya kadar karbon lah yang membedakan besi dan baja, penggunaan baja dewasa ini sangat luas mulai dari perlatan yang sepele seperti jarum, peniti sampai dengan alat - alat dan mesin berat.
Tahun 250 SM bangsa India menemukan cara membuat bajaTahun 1000 M, baja dengan campuran unsur lain ditemukan pertama kali pada 1000 M pada kekaisaran fatim yang disebut dengan baja damascus. 1300 M, rahasia pembuatan baja damaskus hilang. 1700 M, baja kembali diteliti penggunaan dan pembuatannya di eropa Baja adalah logam aloy yang komponen utamanya adalah besi, dengan karbon sebagai bagai agen pengeras, mencegah atom besi, yang secara alami teratu dalam lattice, bergeser melalui satu sama lain. Memvariasikan jumlah karbon dan penyebaran alloy dapat mengontrol kualitas baja. Baja dengan peningkatan jumlah karbon dapat memperkeras dan memperkuat besi, tetapi juga lebih rapuh. Definisi klasik, baja adalah besi-karbon aloy dengan kadar karbon sampai 5,1 persen; ironisnya, aloy dengan kadar karbon lebih tinggi dari ini dikenal dengan besi. Sekarang ini ada beberapa kelas baja di mana karbon diganti dengan material aloy lainnya, dan karbon, bila ada, tidak diinginkan. Definisi yang lebih baru, baja adalah aloy berdasar-besi yang dapat dibentuk seccara plastic.
Pada zaman sekarang banyak bangunan - bangunan yang menggunakan baja sebagai struktur rangka. Seperti penggunaan baja sebagai struktur atap, rangka kolom, pembuatan jembatan dsb. Baja baik di gunakan dalam struktur tarik, seperti jembatan. Baja akan meleleh bila terkena panas yang berasal dari dalam baja itu sendiri. Pada bangunan yang menggunakan struktur rangka baja penuh, maka apabil a terjadi kebakaran di satu titik saja, maka akan mempengaruhi struktur di titik lain. Hal ini di akibatkan karena panas yg terjadi di satu titik tersebut merambat ( induksi ) menuju ke titik yang lain dan mengakibatkan baja meleleh dan struktur dari bangunan tersebut akan roboh.

Definisi lain
Baja dapat didefinisikan suatu campuran dari besi dan karbon,dimana unsur karbon (C) menjadi dasar campurannya. Di samping itu, mengandung unsur campuran lainnya seperti sulfur (S), fosfor (P), silicon (Si),dan Mangan (Mn) yang jumlahnya dibatasi. Kandungan karbon di dalam baja kurang dari 2% atau sekitar 0,1 - 1,7%,sedangkan unsure lainnya dibatasi presentasenya. Unsur paduan yang bercampur di dalam lapisan baja, untuk membuat baja bereaksi terhadap pengerjaan panas atau menghasilkan sifat-sifat yang khusus.
Nilai ekonomi dan sejarah
Baja adalah paduan logam yang tersusun dari besi sebagai unsur utama dan karbon sebagai unsur penguat. Unsur karbon inilah yang banyak berperan dalam peningkatan performan. Perlakuan panas dapat mengubah sifat baja dari lunak seperti kawat menjadi keras seperti pisau. Penyebabnya adalah perlakuan panas mengubah struktur mikro besi yang berubah-ubah dari susunan kristal berbentuk kubik berpusat ruang menjadi kubik berpusat sisi atau heksagonal.
Dengan perubahan struktur kristal, besi adakalanya memiliki sifat magnetik dan adakalanya tidak. Besi memang bahan bersifat unik.
Bijih besi bertebaran hampir di seluruh permukaan Bumi dalam bentuk oksida besi. Meskipun inti Bumi tersusun dari logam besi dan nikel, oksida besi yang ada di permukaan Bumi tidak berasal darinya, melainkan dari meteor yang jatuh ke Bumi.
Di Australia, Brasil, dan Kanada, ditemukan bongkahan bijih besi berketebalan beberapa puluh meter dan mengandung 65 persen besi. Besi adalah unsur yang sangat stabil dan merupakan unsur terbanyak ke delapan di Jagat Raya setelah silikon. Pada lapisan kulit Bumi, besi merupakan unsur logam terbanyak ketiga setelah silikon dan aluminium.
Hampir lebih dari 70 abad lalu-5.000 tahun sebelum Masehi-dari peninggalan di Mesopotania, Iran, dan Mesir diketahui bahwa manusia telah menguasai teknologi pembuatan peralatan dari besi baja untuk berburu.
Suku Hatti dan Hittite- 2.500-1.500 tahun sebelum Masehi-di daerah Anatria dan Armenia telah berhasil membuat pedang besi berukuran besar dan baju besi dengan proses semi-lebur.

1.Unsur Campuran Dasar
Unsur karbon adalah unsure campuran yang paling penting dalam pembentukan baja, jumlah presentase dan bentuknya membawa pengaruh yang amat besar terhadap sifatnya.
Tujuan utama penambahan unsure campuran lain ke dalam baja adalah untuk mengubah pengaruh dari unsure karbon.
2. Unsur-unsur Campuran Lainnya
a. unsur Fosfor
Fosfor dianggap sebagai unsure yang tidak murni dan jumlah kehadirannya di dalam baja dikontrol dengan cepat sehingga presentase maksimum unsur fosfor di dalam baja sekitar 0,05%.
b. unsur sulfur
Unsur sulfur membahayakan larutan besi sulfide yang mempunyai titik cair rendah dan rapuh. Besi sulfide terkumpul pada batas butir-butirannya yang membuat baja hanya didinginkan sucara singkat karena kerapuhannya. Kandungan sulfur harus dijaga serendah mungkin dibawah 0,05%.
c. unsur silicon
silikon membuat baja tidak stabil,tetapi unsure ini tetap menghasilkan lapisan grafit dan menyebabkan baja menjadi tidak kuat. Baja mengandung silikon sekitar 0,1 - 0,3%.
d. unsur mangan
Kadungan mangan di dalam baja harus dikontrol untuk menjaga ketidakseragaman sifatnya dari sekumpulan baja yang lain. Baja karbon mengandung mangan lebih dari 1%.

2. Proses Pembuatan Baja
Baja diproduksi didalam dapur pengolahan baja dari besi kasar baik padat maupun cair, besi bekas ( Skrap ) dan beberapa paduan logam. Ada beberapa proses pembuatan baja antara lain :
proses konvertor
terdiri dari satu tabung yang berbentuk bulat lonjong dengan menghadap kesamping.
Sistem kerja
" Dipanaskan dengan kokas sampai ± 1500 0C,
" Dimiringkan untuk memasukkan bahan baku baja. (± 1/8 dari volume konvertor)
" Kembali ditegakkan.
" Udara dengan tekanan 1,5 - 2 atm dihembuskan dari kompresor.
" Setelah 20-25 menit konvertor dijungkirkan untuk mengelaurkan hasilnya.

proses Bassemer (asam)
lapisan bagian dalam terbuat dari batu tahan api yang mengandung kwarsa asam atau aksid asam (SiO2), Bahan yang diolah besi kasar kelabu cair, CaO tidak ditambahkan sebab dapat bereaksi dengan SiO2, SiO2 + CaO CaSiO3
proses Thomas (basa)
Lapisan dinding bagian dalam terbuat dari batu tahan api bisa atau dolomit [ kalsium karbonat dan magnesium (CaCO3 + MgCO3)], besi yang diolah besi kasar putih yang mengandung P antara 1,7 - 2 %, Mn 1 - 2 % dan Si 0,6-0,8 %. Setelah unsur Mn dan Si terbakar, P membentuk oksida phospor (P2O5), untuk mengeluarkan besi cair ditambahkan zat kapur (CaO),
3 CaO + P2O5 Ca3(PO4)2 (terak cair)

proses Siemens Martin
menggunakan sistem regenerator (± 3000 0C.) fungsi dari regenerator adalah :
a. memanaskan gas dan udara atau menambah temperatur dapur
b. sebagai Fundamen/ landasan dapur
c. menghemat pemakaian tempat
Bisa digunakan baik besi kelabu maupun putih,
" Besi kelabu dinding dalamnya dilapisi batu silika (SiO2),
" besi putih dilapisi dengan batu dolomit (40 % MgCO3 + 60 % CaCO3)

proses Basic Oxygen Furnace
" logam cair dimasukkan ke ruang baker (dimiringkan lalu ditegakkan)
" Oksigen (± 1000) ditiupkan lewat Oxygen Lance ke ruang bakar dengan kecepatan tinggi. (55 m3 (99,5 %O2) tiap satu ton muatan) dengan tekanan 1400 kN/m2.
" ditambahkan bubuk kapur (CaO) untuk menurunkan kadar P dan S.
Keuntungan dari BOF adalah:
" BOF menggunakan O2 murni tanpa Nitrogen
" Proses hanya lebih-kurang 50 menit.
" Tidak perlu tuyer di bagian bawah
" Phosphor dan Sulfur dapat terusir dulu daripada karbon
" Biaya operasi murah

proses dapur listrik
temperatur tinggi dengan menggunkan busur cahaya electrode dan induksi listrik.
Keuntungan :
" Mudah mencapai temperatur tinggi dalam waktu singkat
" Temperatur dapat diatur
" Efisiensi termis dapur tinggi
" Cairan besi terlindungi dari kotoran dan pengaruh lingkungan sehingga kualitasnya baik
" Kerugian akibat penguapan sangat kecil

proses dapur kopel
mengolah besi kasar kelabu dan besi bekas menjadi baja atau besi tuang.
Proses
" pemanasan pendahuluan agar bebas dari uap cair.
" Bahan bakar(arang kayu dan kokas) dinyalakan selama ± 15 jam.
" kokas dan udara dihembuskan dengan kecepatan rendah hingga kokas mencapai 700 - 800 mm dari dasar tungku.
" besi kasar dan baja bekas kira-kira 10 - 15 % ton/jam dimasukkan.
" 15 menit baja cair dikeluarkan dari lubang pengeluaran.
Untuk membentuk terak dan menurunkan kadar P dan S ditambahkan batu kapur (CaCO3) dan akan terurai menjadi:


akan bereaksi dengan karbon:

Gas CO yang dikeluarkan melalui cerobong, panasnya dapat dimanfaatkan untuk pembangkit mesin-mesin lain.

proses dapur Cawan
" Proses kerja dapur cawan dimulai dengan memasukkan baja bekas dan besi kasar dalam cawan,
" kemudian dapur ditutup rapat.
" Kemudian dimasukkan gas-gas panas yang memanaskan sekeliling cawan dan muatan dalam cawan akan mencair.
" Baja cair tersebut siap dituang untuk dijadikan baja-baja istimewa dengan menambahkan unsur-unsur paduan yang diperlukan

3. Klasifikasi baja
1. Menurut komposisi kimianya:
a. Baja karbon (carbon steel), dibagi menjadi tiga yaitu;
" Baja karbon rendah (low carbon steel) Ò machine, machinery dan mild steel
- 0,05 % - 0,30% C.
Sifatnya mudah ditempa dan mudah di mesin. Penggunaannya:
- 0,05 % - 0,20 % C : automobile bodies, buildings, pipes, chains, rivets, screws, nails.
- 0,20 % - 0,30 % C : gears, shafts, bolts, forgings, bridges, buildings.
" Baja karbon menengah (medium carbon steel)
- Kekuatan lebih tinggi daripada baja karbon rendah.
- Sifatnya sulit untuk dibengkokkan, dilas, dipotong. Penggunaan:
- 0,30 % - 0,40 % C : connecting rods, crank pins, axles.
- 0,40 % - 0,50 % C : car axles, crankshafts, rails, boilers, auger bits, screwdrivers.
- 0,50 % - 0,60 % C : hammers dan sledges.
" Baja karbon tinggi (high carbon steel) Ò tool steel
- Sifatnya sulit dibengkokkan, dilas dan dipotong. Kandungan 0,60 % - 1,50 % C
Penggunaan
- screw drivers, blacksmiths hummers, tables knives, screws, hammers, vise jaws, knives, drills. tools for turning brass and wood, reamers, tools for turning hard metals, saws for cutting steel, wire drawing dies, fine cutters.
b. Baja paduan (alloy steel)
Tujuan dilakukan penambahan unsur yaitu:
1. Untuk menaikkan sifat mekanik baja (kekerasan, keliatan, kekuatan tarik dan sebagainya)
2. Untuk menaikkan sifat mekanik pada temperatur rendah
3. Untuk meningkatkan daya tahan terhadap reaksi kimia (oksidasi dan reduksi)
Untuk membuat sifat-sifat spesial

Baja paduan yang diklasifikasikan menurut kadar karbonnya dibagi menjadi:
1. Low alloy steel, jika elemen paduannya ? 2,5 %
2. Medium alloy steel, jika elemen paduannya 2,5 - 10 %
3. High alloy steel, jika elemen paduannya > 10 %
Selain itu baja paduan dibagi menjadi dua golongan yaitu baja campuran khusus (special alloy steel) dan high speed steel.
" Baja Paduan Khusus (special alloy steel)
Baja jenis ini mengandung satu atau lebih logam-logam seperti nikel, chromium, manganese, molybdenum, tungsten dan vanadium. Dengan menambahkan logam tersebut ke dalam baja maka baja paduan tersebut akan merubah sifat-sifat mekanik dan kimianya seperti menjadi lebih keras, kuat dan ulet bila dibandingkan terhadap baja karbon (carbon steel).
" High Speed Steel (HSS) Ò Self Hardening Steel
Kandungan karbon : 0,70 % - 1,50 %. Penggunaan membuat alat-alat potong seperti drills, reamers, countersinks, lathe tool bits dan milling cutters. Disebut High Speed Steel karena alat potong yang dibuat dengan material tersebut dapat dioperasikan dua kali lebih cepat dibanding dengan carbon steel. Sedangkan harga dari HSS besarnya dua sampai empat kali daripada carbon steel.
Baja Paduan dengan Sifat Khusus
1. Baja Tahan Karat (Stainless Steel)
Sifatnya antara lain:
" Memiliki daya tahan yang baik terhadap panas, karat dan goresan/gesekan
" Tahan temperature rendah maupun tinggi
" Memiliki kekuatan besar dengan massa yang kecil
" Keras, liat, densitasnya besar dan permukaannya tahan aus
" Tahan terhadap oksidasi
" Kuat dan dapat ditempa
" Mudah dibersihkan
" Mengkilat dan tampak menarik
2. High Strength Low Alloy Steel (HSLS)
Sifat dari HSLA adalah memiliki tensile strength yang tinggi, anti bocor, tahan terhadap abrasi, mudah dibentuk, tahan terhadap korosi, ulet, sifat mampu mesin yang baik dan sifat mampu las yang tinggi (weldability). Untuk mendapatkan sifat-sifat di atas maka baja ini diproses secara khusus dengan menambahkan unsur-unsur seperti: tembaga (Cu), nikel (Ni), Chromium (Cr), Molybdenum (Mo), Vanadium (Va) dan Columbium.

3. Baja Perkakas (Tool Steel)
Sifat-sifat yang harus dimiliki oleh baja perkakas adalah tahan pakai, tajam atau mudah diasah, tahan panas, kuat dan ulet.
Kelompok dari tool steel berdasarkan unsur paduan dan proses pengerjaan panas yang diberikan antara lain:
a. Later hardening atau carbon tool steel (ditandai dengan tipe W oleh AISI), Shock resisting (Tipe S), memiliki sifat kuat dan ulet dan tahan terhadap beban kejut dan repeat loading. Banyak dipakai untuk pahat, palu dan pisau.
b. Cool work tool steel, diperoleh dengan proses hardening dengan pendinginan yang berbeda-beda. Tipe O dijelaskan dengan mendinginkan pada minyak sedangkan tipe A dan D didinginkan di udara.
c. Hot Work Steel (tipe H), mula-mula dipanaskan hingga (300 - 500) ºC dan didinginkan perlahan-lahan, karena baja ini banyak mengandung tungsten dan molybdenum sehingga sifatnya keras.
d. High speed steel (tipe T dan M), merupakan hasil paduan baja dengan tungsten dan molybdenum tanpa dilunakkan. Dengan sifatnya yang tidak mudah tumpul dan tahan panas tetapi tidak tahan kejut.
e. Campuran carbon-tungsten (tipe F), sifatnya adalah keras tapi tidak tahan aus dan tidak cocok untuk beban dinamis serta untuk pemakaian pada temperatur tinggi.

Klasifikasi lain antara lain :
a. Menurut penggunaannya:
" Baja konstruksi (structural steel), mengandung karbon kurang dari 0,7 % C.
" Baja perkakas (tool steel), mengandung karbon lebih dari 0,7 % C.
b. Baja dengan sifat fisik dan kimia khusus:
" Baja tahan garam (acid-resisting steel)
" Baja tahan panas (heat resistant steel)
" Baja tanpa sisik (non scaling steel)
" Electric steel
" Magnetic steel
" Non magnetic steel
" Baja tahan pakai (wear resisting steel)
" Baja tahan karat/korosi

Dengan mengkombinasikan dua klasifikasi baja menurut kegunaan dan komposisi kimia maka diperoleh lima kelompok baja yaitu:
1. Baja karbon konstruksi (carbon structural steel)
2. Baja karbon perkakas (carbon tool steel)
3. Baja paduan konstruksi (Alloyed structural steel)
4. Baja paduan perkakas (Alloyed tool steel)
5. Baja konstruksi paduan tinggi (Highly alloy structural steel)


Selain itu baja juga diklasifisikan menurut kualitas:
1. Baja kualitas biasa
2. Baja kualitas baik
3. Baja kualitas tinggi

Sifat Kekerasan baja
Kekerasan didefinisikan sebagai ketahanan sebuah benda (benda kerja) terhadap penetrasi/daya tembus dari bahan lain yang kebih keras penetrator). Kekerasan meru-pakan suatu sifat dari bahan yang sebagian besar dipengaruhi oleh un-sur-unsur paduannya dan kekerasan suatu bahan tersebut dapat berubah bila dikerjakan dengan cold worked seperti pengerolan, penarikan, pemakanan dan lain-lain serta kekerasan dapat dicapai sesuai kebutuhan dengan perlakuan panas.
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil kekerasan dalam perlakuan panas antara lain; Komposisi kimia, Langkah Perlakuan Panas, Cairan Pendinginan, Temperatur Pemanasan, dan lain-lain Proses hardening cukup banyak dipakai di Industri logam atau bengkel-bengkel logam lainnya.Alat-alat permesinan atau komponen mesin banyak yang harus dikeraskan supaya tahan terhadap tusukan atau tekanan dan gesekan dari logam lain, misalnya roda gigi, poros-poros dan lain-lain yang banyak dipakai pada benda bergerak. Dalam kegiatan produksi, waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu produksi adalah merupakan masalah yang sangat sering dipertimbangkan dalam Industri dan selalu dicari upaya-upaya untuk mengoptimalkannya. Pengoptimalan ini dilakukan mengingat bahwa waktu (lamanya)
menyelesaikan suatu produk adalah berpengaruh besar terhadap biaya produksi.
Hardening dilakukan untuk memperoleh sifat tahan aus yang tinggi, kekuatan dan fatigue limit/ strength yang lebih baik. Kekerasan yang dapat dicapai tergantung pada kadar karbon dalam baja dan kekerasan yang terjadi akan tergantung pada temperatur pemanasan (temperatur autenitising), holding time dan laju pendinginan yang dilakukan serta seberapa tebal bagian penampang yang menjadi keras banyak tergantung pada hardenability.
Langkah-langkah proses hardening adalah sebagai berikut :
1. melakukan pemanasan (heating) untuk baja karbon tinggi 200-300 diatas Ac-1 pada diagram Fe-Fe3C, misalnya pemanasan sampai suhu 8500, tujuanya adalah untuk mendapatkan struktur Austenite, yang salah sifat Austenite adalah tidak stabil pada suhu di bawah Ac-1,sehingga dapat ditentukan struktur yang diinginkan. Dibawah ini diagram Fe-Fe3C dibawah ini :

Gambar : diagram keseimbangan Fe-Fe3C
2. Penahanan suhu (holding), Holding time dilakukan untuk mendapatkan kekerasan maksimum dari suatu bahan pada proses hardening dengan menahan pada temperatur pengerasan untuk memperoleh pemanasan yang homogen sehingga struktur austenitnya homogen atau terjadi kelarutan karbida ke dalam austenit dan diffusi karbon dan unsur paduannya. Pedoman untuk menentukan holding time dari berbagai jenis baja:
" Baja Konstruksi dari Baja Karbon dan Baja Paduan Rendah Yang mengandung karbida yang mudah larut, diperlukan holding time yang singkat, 5 - 15 menit setelah mencapai temperatur pemanasannya dianggap sudah memadai.
" Baja Konstruksi dari Baja Paduan Menengah Dianjurkan menggunakan holding time 15 -25 menit, tidak tergantung ukuran benda kerja.
" Low Alloy Tool Steel Memerlukan holding time yang tepat, agar kekerasan yang diinginkan dapat tercapai. Dianjurkan menggunakan 0,5 menit per milimeter tebal benda, atau 10 sampai 30 menit.
" High Alloy Chrome Steel Membutuhkan holding time yang paling panjang di antara semua baja perkakas, juga tergantung pada temperatur pema-nasannya. Juga diperlukan kom-binasi temperatur dan holding time yang tepat. Biasanya dianjurkan menggunakan 0,5 menit permilimeter tebal benda dengan minimum 10 menit, maksimum 1 jam.
" Hot-Work Tool Steel Mengandung karbida yang sulit larut, baru akan larut pada 10000 C. Pada temperatur ini kemungkinan terjadinya pertumbuhan butir sangat besar, karena itu holding time harus dibatasi, 15-30 menit. High Speed Steel Memerlukan temperatur pemanasan yang sangat tinggi, 1200-13000C.Untuk mencegah terjadinya pertumbuhan butir holding time diambil hanya beberapa menit saja.
Misalkan kita ambil waktu holding adalah selama 15 menit pada suhu 8500 .
3. Pendinginan. Untuk proses Hardening kita melakukan pendinginan secara cepat dengan menggunakan media air. Tujuanya adalah untuk mendapatkan struktur martensite, semakin banyak unsur karbon,maka struktur martensite yang terbentuk juga akan semakin banyak. Karena martensite terbentuk dari fase Austenite yang didinginkan secara cepat. Hal ini disebabkan karena atom karbon tidak sempat berdifusi keluar dan terjebak dalam struktur kristal dan membentuk struktur tetragonal yang ruang kosong antar atomnya kecil,sehingga kekerasanya meningkat.

Gambar : kurva pendinginan pada diagram TTT (time-temperature-transformation)
Dari diagaram pendinginan diatas dapat dilihat bahwa dengan pendinginan cepat (kurva 6) akan menghasilkan struktur martensite karena garis pendinginan lebih cepat daripada kurva 7 yang merupakan laju pendinginan kritis (critical cooling rate) yang nantinya akan tetap terbentuk fase austenite (unstable). Sedangkan pada kurva 6 lebih cepat daripada kurva 7,sehingga terbentuk struktur martensite yang kekerasanya berkisar antara 600 BHN-750 BHN, tetapi bersifat rapuh karena tegangan dalam yang besar.
Jadi dapat disimpulkan bahwa dengan proses hardening pada baja karbon tinggi akan meningkatkan kekerasanya. Dengan meningkatnya kekerasan, maka efeknya terhadap kekuatan adalah sebagai berikut :
" Kekuatan impact (impact strength) akan turun karena dengan meningkatnya kekerasan, maka tegangan dalamnya akan meningkat. Karena pada pengujian impact beban yang bekerja adalah beban geser dalam satu arah , maka tegangan dalam akan mengurangi kekuatan impact.
" Kekuatan tarik (tensile sterngth) akan meningkat. Hal ini disebabkan karena pada pengujian tarik beban yang bekerja adalah secara aksial yang berlawanan dengan arah dari tegangan dalam, sehingga dengan naiknya kekerasan akan meningkatkan kekuatan tarik dari suatu material.

Baja dalam kehidupan
Dalam kehidupan sehari-hari, biasanya keberadaan baja diabaikan karena kebanyakan dilapisi bahan lain. Orang baru menyadarinya ketika menyentuh benda dingin dan keras seperti lemari es, meja belajar, kursi, dan tiang listrik. Tabel menunjukkan contoh produk baja dalam berbagai bidang.
Pada bidang konstruksi dan tata kota, kekuatan baja yang dapat menyangga beban berat digunakan untuk kerangka bangunan pencakar langit sampai ketinggian 450 meter, seperti Petronas Twin Towers di Malaysia. Baja juga tahan terhadap perpatahan sehingga dapat melindungi dari gangguan gempa.
Ratusan ton baja juga digunakan untuk pembangunan jembatan antarpulau sampai berjarak lebih dari satu kilometer, seperti jembatan Kanmonbashi di Jepang.
Jadi, baja telah menyatu dalam kehidupan manusia dan menjadi penopang utama seluruh aktivitas dalam proses produksi sehingga tidak dapat dipisahkan dari masyarakat industri. Suatu bangsa tidak akan dapat membangun kekuatan industri tanpa memiliki industri baja dan teknologinya.
Baja di Indonesia
Menurut penelitian jumlah konsumsi baja suatu bangsa dapat dijadikan indikator tingkat kemajuan dan kesejahteraan bangsa. Negara-negara maju umumnya mengonsumsi 700 kilogram baja per jiwa per tahun. Masyarakat Indonesia baru mengonsumsi 20 kilogram per jiwa. Ini berarti baja masih belum dirasakan keberadaannya oleh masyarakat Indonesia.
Baja dengan nilai ekonomi tinggi dan berfungsi vital masih belum mendapat perhatian dengan baik oleh pemerintah. Maka, daya dukung baja terhadap kinerja dan performan proses produksi sangat lemah. Dampaknya, produk-produk Indonesia belum bisa berkompetisi dengan produk dari negara lain baik dalam jumlah produksi, kualitas, dan ketepatan waktu penyebarannya.
Indonesia yang dikenal kaya sumber daya alam harus mengimpor 100 persen bahan baku baja (pellet) dan 60-70 persen scrap baja untuk keperluan industri bajanya. Ini masih ditambah teknologi pengolahan baja yang tidak efisien karena menggunakan sumber energi gas yang semakin meningkat harganya serta teknologi yang masih tergantung kepada negara pemberi lisensinya.
Dari hasil survei, diketahui bahwa cadangan bijih besi di Indonesia berjumlah cukup besar dan tersebar di beberapa pulau, seperti Jawa, Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, dan Irian Jaya dengan total melebihi 1.300 juta ton, meskipun dengan kadar kandungan besi yang masih rendah antara 35-58 persen Fe. Sementara itu, bahan pendukung, seperti batu bara dan kapur, juga melimpah di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Cadangan ini dapat memenuhi konsumsi besi baja dalam negeri sekitar 2,5 ton per jiwa. Berarti Indonesia punya modal menjadi masyarakat berbasis industri.
Permasalahannya hanyalah bagaimana menciptakan teknologi peleburan bijih besi yang sedikit lebih rendah kadar besinya. Pemerintah harus segera membentuk tim khusus pengembangan teknologinya. Kalau Jepang yang di masa Perang Dunia II tak punya bijih besi kini mampu berkembang, Indonesia tentu bisa lebih baik.
Dewasa ini, pengembangan teknologi manufaktur besi baja sudah sangat berkembang di beberapa negara maju, tinggal bagaimana mentransfer atau "mencuri" teknologi tersebut dan diterapkan di Indonesia.










BAB III
KESIMPULAN

1. Baja dapat didefinisikan suatu campuran dari besi dan karbon,dimana unsur karbon (C) menjadi dasar campurannya.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil kekerasan dalam perlakuan panas antara lain; Komposisi kimia, Langkah Perlakuan Panas, Cairan Pendinginan, Temperatur Pemanasan, dan lain-lain

3. Macam - macam proses pembuatan baja
Prosese converter
Proses bassemer ( asam )
Proses Thomas ( basa )
Proses Siemens martin
Proses Oxygen furnace
Proses dapur listrik
Proses dapur kopel
Proses dapur cawan

4. Klasifikasi baja :
a. Menurut komposisi kimia :
- Baja carbon
- Baja paduan
b. High Strength Low Alloy Stell ( HSLS )
c. Baja perkakas




























DAFTAR PUSTAKA

www.oke.or.id
www.yusriadi.go.id





























LAMPIRAN

Baja super masa depan
Pengembangan bahan baja telah menjawab tantangan kebutuhan industri di masa depan, di mana "kompaksisasi", konservasi energi, dan pelestarian lingkungan menjadi faktor-faktor terpenting dalam pengembangan produk dalam industri.
Lembaran baja panas dilewatkan pada dua buah rol pengepres yang berbeda diameternya dan langsung didinginkan untuk mencegah pertumbuhan butiran ferrite. Hasilnya struktur baja tetap halus meskipun telah menjadi produk baja. Hal inilah yang menyebabkan peningkatan sifat mekanik dan umur penggunaannya menjadi dua kali lipat. Super baja ini telah diproduksi oleh perusahaan baja Nakayama Steel di Jepang.
Dengan peningkatan performan besi baja, muncul harapan baru di bidang perindustrian, seperti memungkinkan pengurangan bahan baja, sehingga produk menjadi lebih ringan dan kompak, menghemat energi karena pengurangan beban pada penggunaannya, dan ramah lingkungan karena mengurangi eksploitasi sumber daya alam.
Desain kerangka mobil masa depan, misalnya, hanya memerlukan setengah bahan baja. Beban daya yang diperlukan untuk menggerakkan mobil itu jadi relatif lebih ringan sehingga efisiensi dan performan mobil juga meningkat. Mungkin di masa datang, berat mobil hanya ratusan kilogram saja, namun dapat digunakan dengan beban seperti sekarang.
Hal ini juga memungkinkan mengakselerasi pengembangan teknologi ruang angkasa, karena peningkatan performan pesawat ulang-alik atau roket dan sebagainya. Khususnya akhir-akhir ini, dengan "teknologi nano", sifat-sifat baja dapat dikontrol dan disesuaikan dengan kebutuhan bahan yang diperlukan dalam proses produksi.
Jika rekayasa "teknologi nano" berhasil, dapat dibayangkan berapa juta ton bijih besi (separuh dari eksploitasi sekarang) dapat dihemat.
Penulis juga telah berhasil membuat besi baja berstruktur halus dengan ukuran butiran dibawah 1 mikrometer dengan menggunakan teknologi metalurgi bubuk dalam skala laboratorium. Jika berhasil diindustrialisasikan, di masa depan daur ulang besi baja menjadi sangat simpel dan dapat menghemat pemakaian energi dalam proses daur ulang.
Indonesia yang kaya akan bijih besi dan bahan pendukung proses pembuatan baja harus mampu bangkit dan mandiri dalam memenuhi kebutuhan industri perbajaannya. Pemerintah, perusahaan, dan para pakar terkait harus bisa merumuskan sebuah strategi dalam penguasaan teknologi baja guna menyongsong masyarakat Indonesia berbasis industri.


Bahan-bahan pada saat sekarang khususnya logam semakin baik dan rumit, digunakan pada peralatan modern yang memerlukan bahan dengan kekuatan impak dan ketahanan fatigue yang tinggi disebabkan meningkatnya kecepatan putar dan pergerakan linear serta peningkatan frekwensi pembebanan pada komponen. Untuk mendapatkan kekuatan dari bahan tersebut dapat dilakukan dengan proses perlakuan panas. Perlakuan panas adalah suatu proses pemanasan dan pendinginan logam dalam keadaan padat untuk mengubah sifat-sifat fisis logam tersebut. Melalui perlakuan panas yang tepat, tegangan dalam dapat dihilangkan, besar butiran dapat diperbesar atau diperkecil, ketangguhan dapat ditingkatkan atau dapat dihasilkan suatu permukaan yang keras disekeliling inti yang ulet.
BELAKANGAN dunia perindustrian digemparkan oleh kabar peningkatan performan (kekuatan dan umur) baja menjadi dua kali lipat. Untuk mendapatkan baja dengan kekuatan sama dengan yang konvensional, hanya perlu setengah dari bahan sebelumnya dengan ketebalan dan berat juga setengahnya.
Baja super ini diperoleh dengan menghaluskan struktur mikronya menjadi seperlima dari baja sebelumnya atau bahkan lebih kecil lagi (di bawah 1 mikrometer). Nakayama Steel, sebuah perusahaan di Jepang, telah berhasil memproduksi lembaran baja super dengan kekuatan tarik 600 MPa atau sekitar 1,5 kali kekuatan tarik baja biasa.
Kenaikan performan baja diharapkan dapat mengurangi berat bahan sehingga meningkatkan efisiensi dan menghemat sumber daya alam.
Batang kawat baja eutektoid adalah baja karbon tinggi yang akhir-akhir ini banyak digunakan untuk keperluan konstruksi termasuk konstruksi teknik sipil, antara lain sebagai baja tulangan pada konstruksi bangunan. Penelitian yang dilakukan terhadap meterial ini (batang kawat baja eutektoid...5,7 mm eks Bekaert) merupakan suatu kajian teoritis dari rata-rata sekunder yang ada berupa foto-foto struktur dan kajian eksperimental/laboratorium yang bertujuan untuk mengetahui atau memperoleh karakter/sifat mekanik terutama kekuatan tarik dan korelasi dari kekuatan tarik dengan kekerasan dan struktur mikronya.Dari hasil pemeriksaan / pengamatan yang dilakukan terhadap data-data sekunder tersebut dapat diketahui bahwa struktur mikro dan material ini adalah perlit halus. Perhitungan kekuatan tarik secara teoritis menurut rumus Heller dengan mengukur jarak perlit lamelar dan diameter koloni perlit rata-rata serta fraksi ferit pada foto SEM (data sekunder), diperoleh kekuatan tarik pada kondisi asal adalah sebesar 775 MPa dan pada kondisi dianil adalah sebesar 701 MPa. Sedangkan perhitungan kekuatan tarik secarah eksperimental / pengujian spesimen dilaboratorium memberikan nilai kekuatan tarik pada kondisi asal adalah sebesar 1358 MPa dan pada kondisi dianil adalah sebesar 968 MPa. Dari angka-angka diatas, dapat dikatakan bahwa perhitungan secara teoritis hasilnya lebih kecil dibandingkan terhadap perhitungan secara eksperimental. Hal ini disebabkan pada perhitungan secara teoritis, pemeriksaan yang dilakukan pada data-data sekunder terbatas (yang seharusnya minimal sebanyak 50 kali foto-foto struktur mikro), disamping itu telah terjadi penguatan tekstur pada arah memanjang akibat proses penarikan batang kawat pada baja eutektoid pada saat proses produksi. Hal lain yang dapat dijadikan sebagai dasar/patokan dilapangan untuk mengetahui kekuatan tarik dari material ini adalah dengan melakukan perhitungan perkiraan kekuatan tariknya dari data-data hasil uji keras yang ada (distribusi kekerasan mikro pada penampang melintang spesimen) dengan rumus kekuatan tarik (kg/mm2)= 0,36 BHN setelah VHN dikonversikan ke BHN, dimana VHN dan BHN masing-masing adalah angka kekerasan menurut Vickers dan Brinell. Dengan cara yang disebutkan terakhir ini diperoleh kekuatan tarik pada kondisi asal adalah sebesar 1401 MPa dan pada kondisi dianil adalah sebesar 959 MPa. Dari kedua hasil terkhir ini dapat dikatakan bahwa perbedaannya dengan hasil kekuatan tarik yang diperoleh dari pengujian tarik tidak terlalu besar.
Batang kawat baja eutektoid adalah baja karbon tinggi yang akhir-akhir ini banyak digunakan untuk keperluan konstruksi termasuk konstruksi teknik sipil, antara lain sebagai baja tulangan pada konstruksi bangunan. Penelitian yang dilakukan terhadap meterial ini (batang kawat baja eutektoid...5,7 mm eks Bekaert) merupakan suatu kajian teoritis dari rata-rata sekunder yang ada berupa foto-foto struktur dan kajian eksperimental/laboratorium yang bertujuan untuk mengetahui atau memperoleh karakter/sifat mekanik terutama kekuatan tarik dan korelasi dari kekuatan tarik dengan kekerasan dan struktur mikronya.Dari hasil pemeriksaan / pengamatan yang dilakukan terhadap data-data sekunder tersebut dapat diketahui bahwa struktur mikro dan material ini adalah perlit halus. Perhitungan kekuatan tarik secara teoritis menurut rumus Heller dengan mengukur jarak perlit lamelar dan diameter koloni perlit rata-rata serta fraksi ferit pada foto SEM (data sekunder), diperoleh kekuatan tarik pada kondisi asal adalah sebesar 775 MPa dan pada kondisi dianil adalah sebesar 701 MPa. Sedangkan perhitungan kekuatan tarik secarah eksperimental / pengujian spesimen dilaboratorium memberikan nilai kekuatan tarik pada kondisi asal adalah sebesar 1358 MPa dan pada kondisi dianil adalah sebesar 968 MPa. Dari angka-angka diatas, dapat dikatakan bahwa perhitungan secara teoritis hasilnya lebih kecil dibandingkan terhadap perhitungan secara eksperimental. Hal ini disebabkan pada perhitungan secara teoritis, pemeriksaan yang dilakukan pada data-data sekunder terbatas (yang seharusnya minimal sebanyak 50 kali foto-foto struktur mikro), disamping itu telah terjadi penguatan tekstur pada arah memanjang akibat proses penarikan batang kawat pada baja eutektoid pada saat proses produksi. Hal lain yang dapat dijadikan sebagai dasar/patokan dilapangan untuk mengetahui kekuatan tarik dari material ini adalah dengan melakukan perhitungan perkiraan kekuatan tariknya dari data-data hasil uji keras yang ada (distribusi kekerasan mikro pada penampang melintang spesimen) dengan rumus kekuatan tarik (kg/mm2)= 0,36 BHN setelah VHN dikonversikan ke BHN, dimana VHN dan BHN masing-masing adalah angka kekerasan menurut Vickers dan Brinell. Dengan cara yang disebutkan terakhir ini diperoleh kekuatan tarik pada kondisi asal adalah sebesar 1401 MPa dan pada kondisi dianil adalah sebesar 959 MPa. Dari kedua hasil terkhir ini dapat dikatakan bahwa perbedaannya dengan hasil kekuatan tarik yang diperoleh dari pengujian tarik tidak terlalu besar.
Klasifikasi Stainless Steel
Standard Material Baja/Steels
Berdasarkan komposisi kimia, kategori standar material baja yaitu : Baja Karbon/Carbon Steel , Baja Paduan/Alloy Steel dan BAja Tahan Karat/Stainless Steel.

I. Baja Karbon/Carbon Steel
Komposisi Carbon Steel tidak akan melebihi :
1% carbon,
0.6% copper,
1.65% manganese,
0.4% phosphorus,
0.6% silicon
0.05% sulfur

Klasifikasi
Menggunakan standar AISI (American Iron and Steel Institute) dengan 4 nomer digit. Angka 2 yang pertama menunjukkan grade dari baja karbon dan untuk angka 2 yang terakhir menunjukkan nominal kadar karbon.
AISI 1060 :

2 angka pertama =
Angka 10 : Nonresulfurized grades
11 : Resulfurized grades
12 : Resulfurized and rephosphorized grades
15 : Nonsulfurized grades; max Mn content > 1%

2 angka terakhir = menunjukkan persentase 60% atau 0.60 kadar karbon
Jika muncul huruf L atau B setelah angka kedua atau ketiga dari AISI number, hal tersebut menunjukkan grade ini merupakan Leaded/Timah Steel jika muncul huruf L. Dan grade ini merupakan Boron Steel jika muncul huruf B.
Terkadang juga, huruf H yang muncuk pada AISI number menunjukkan bahwa baja karbon tersebut diproduksi dengan batas kekerasan tertentu. Contohnya :
Leaded steels :AISI 12L14, AISI 12L15...
Boron steels :AISI 15B48H...
H-steels :AISI 1038H, AISI 15B48H...

II. Baja Paduan/Alloy Steel
Baja dengan komposisi kimia yang lebih dari Baja Karbon. Dan juga mengandung unsur yang tak terdapat di baja karbon seperti nickel, chromium (s/d 3,99%), cobalt, dan lainnya.
Baja paduan mempunyai range variasi dimana komposisi kimianya (C, Mn, Ni, Mo, Cr, Va, Si, B) melebihi komposisi baja karbon. Tetapi, baja yang mempunyai lebih dari 3,99% chromium diklasifikasikan berbeda yaitu sebagai stainless steel dan tool steel.
Baja paduan dapat menggunakan deoxidation atau proses melting untuk aplikasi tertentu serta lebih responsif terhadap panas dan mechanical treatment daripada baja karbon.
Klasifikasi AISI
Biasanya menggunakan AISI (American Iron and Steel Institute) dengan 4 nomer digit. 2 angka pertama menunjukkan kandungan utama paduan dan 2 angka terakhir menunjukkan kandungan nominal karbon. Jika ada 5 nomer digit maka 3 angka terakhir menunjukkan kadar karbon yang melebihi 1%. Contohnya :

AISI 5160 :
2 angka pertama = kandungan utama 0,8 - 1,05 Chromium
2 angka terakhir = kadar karbon 0,60

AISI 51100
2 angka pertama = kandungan utama 1,02 Chromium
3 angka terakhir = kadar karbon 1.00

Berikut list lengkap baja paduan :
13xx:1.75Mn Manganese
23xx:3.50Ni Nickel
31xx:1.25Ni, 0.65-0.80Cr Nickel-Chromium
40xx:0.20-0.25Mo Molybdenum
44xx:0.40-0.52Mo
41xx:0.50-0.95Cr, 0.12-0.30Mo Chromium-Molybdenum
46xx:0.85-1.82Ni, 0.20-0.25Mo Nickel-Molybdenum
48xx:3.5Ni, 0.25Mo
50xx:0.27-0.65Cr Chromium
51xx:0.80-1.05Cr
50xxx:0.50Cr, 1.00C
51xxx:1.02Cr, 1.00C
52xxx:1.45Cr, 1.00C
61xx:0.60-0.95Cr, 0.10-0.15V Chromium-Vanadium
92xx:1.4-2Si, 0.65-0.85Mn, <0.65Cr Silicon-Manganese
43xx:1.82Ni, 0.50-0.80Cr, 0.25Mo Nickel-Chromium-Molybdenum
47xx:1.05Ni, 0.45Cr, 0.20-0.35Mo
81xx:0.30Ni, 0.40Cr, 0.12Mo
86 xx:0.55Ni, 0.50Cr, 0.25Mo
87 xx:0.55Ni, 0.50Cr, 0.25Mo
88 xx:0.55Ni, 0.50Cr, 0.20-0.35Mo
93 xx:3.25Ni, 1.20Cr, 0.12Mo
94 xx:0.45Ni, 0.40Cr, 0.12Mo

Jika huruf B muncul antara angka kedua dan ketiga maka menunjukkan grade ini adalah Boron Steel. Terkadang huruf H yang muncul pada AISI number menunjukkan baja ini telah diproduksi dengan batas kekerasan tertentu.

III. Stainless Steel (SS)
Mengandung sedikitnya 10% Chromium dengan dan tanpa unsur lainnya. Berdasarkan strukturnya, SS dapat digrupkan menjadi 3 yaitu :
1. Austenic : Biasanya mengandung 18% Chromium dan 8% Nickel serta dikenal dengan istilah 18-8. Pada proses annealing mempunyai sifat non magnetic dan grade ini hanya dapat dikeraskan dengan proses Cold Working.

Ferritic: Contains very little nickel and either 17% chromium or 12% chromium with other elements such as aluminum or titanium. Always magnetic, this grade can be hardened only by cold working.

2. Ferritic : Mengandung sedikit Nickel dan unsur lainnya yaitu 17% Chromium atau 12% Chromium dengan unsur lainnya seperti Aluminium atau Titanium. Selalu bersifat magnetic dan grade ini hanya dapat dikeraskan dengan proses Cold Working.

Martensitic: Typically contains 12% chromium and no nickel. This grade is magnetic and can be hardened by heat treatment.

3. Martensitic : Mengandung 12% Chromium dan tidak ada Nickel. Grade ini bersifat magnetic dan dapat dikeraskan dengan proses heat treatment.

SS adalah baja paduan tinggi/high alloy steel yang mempunyai ketahanan korosi dari baja lainnya karena mengandung unsur Chromium yang banyak. SS dapat mengandung 4 -30% Chromium tapi maksimal 10%. SS dapat dibagi menjadi 3 grup berdasarkan struktur kristalisasinya yaitu : Austenitic, ferritic dan martensitic. Grup lain dari SS ini adalah baja precipitation-hardened dimana grup ini merupakan kombinasi dari baja SS Austenitic dan Martensitic. Selanjutnya adalah komposisi umum dari 3 grup tadi :

Grade Ferritic : SS Ferritic bersifat magnetic dan non heat treatable dan mengandung Chromium tapi tidak mengandung Nickel. Mempunyai ketahanan terhadap panas dan korosi, khususnya di lingkungan Air Laut serta mempunyai ketahanan yang baik terhadap cracking akibat Stress Corrosion. Untuk mechanical propertiesnya tidak sebaik SS grade Austenitic.

Grade Martensitic : SS Martensitic bersifat magnetik dan dapat di heat treatment dengan proses quenching atau tempering. Grade ini mengandung Chromium tapi tidak mengandung Nickel. Grade ini tidak mempunyai ketahanan terhadap korosi seperti SS Austenitic atau Ferritic tapi kekerasan grade ini paling keras dari semua grade SS.

Grade Austenitic : SS Austenitic bersifat non magnetik dan non heat treatable sehingga biasanya dengan proses annealing dan Cold Working. Beberapa SS Austenitic dapat mempunyai sifat magnetic setelah proses Cold working. SS Austenitic mempunyai ketahanan terhadap korosi dan panas yang bagus dengan mechanical properties yang baik pada range temperatur yang lebar. SS Austenitic dapat dibagi menjadi 2 grup kecil lagi yaitu :
1. Chromium-Nickel
2. Chromium-Manganese-Low Nickel
Untuk grup 1 adalah grade SS Austenitic yang paling umum dan juga dikenal sebagai Baja 18-8 Cr-Ni (18-8 Steel). Rasio Chromium - Nickel dapat dimodifikasi untuk memperbaiki formablity/kemampuan bentuk dan kandungan karbon dapat dikurangi untuk memperbaiki ketahanan terhadap korosi intergranular/korosi batas butir. Molydenum dapat ditambahkan untuk memperbaiki ketahanan terhadap korosi dan juga kandungan Cr-Ni juga dapat ditambahkan.

No comments:

Post a Comment