Kulihat orang orang yang menjadi tamu
Betah dalam perantauan
Hari hari perjalanan
Mengombang ambingkan mereka dengan
Kampong permainan
Kemanisan yang mereka kecap pun berganti
Sementara, mereka saksikan kefanaan
Di dalamnya
Namun, mereka tetap juga mencobanya
Mereka mengutuk dunia
Tak pernah kulihat sesuatu seperti
Halnya dunia
Dicaci, diperah
Ia mengandung intan permata
Yang menjadikan orang yang sangat bijak
Berubah bakhil
Padahal ada racun yang terselip di balik
Itu bagi siapa pun yang mereguknya
Itulah kematian
Sungguh, aku bingung terhadap si aku
Permata dunia ini hanya secuil
Tetapi aku bersungguh sungguh untuk
Mendapakatnya
Padahal itu hanya bermain main
Semua heran, semua bingung
Mendustakannya dengan perbuatan
Dan kata kata terbaik
Adalah ucapan yang tak pernah didustakan
................................................................................................................................................................
Ku tinggalkan kantuk pada sisi Nya
Yang menganugerahi puspa ragam nikmat.
Karunia
Dan kulerai kantuk
Lantaran asyik masyukku pada Nya
Kucelup waktu waktuku dengan mabuk kepayang
Lupa dari semua orang
Untuk kusembunnyikan rahasia batinku
Padahal ia tak pernah dapat tertutupi
Dan taatkala kulihat cintamahabbahku
Jelas tampak
Kusibak sosok diriku yang hakiki
Lalu kuucapkan ya...,ya....’
Maka jika aku dianggap gila
Hanya rindu dendamlah yang membuatnya
Begitu,...
Sedang bila aku dikira sakit
Sungguh aku tak pernah terjangkiti
Penyakit
Itu hanya rasa mahabbah , asyik masyuk
Hakiki
Dan sembunyikan rahasia batinku
Padahal ia tak pernah dapat tertutupi
Dan taatkala kulihat cintamahabbahku
Jelas tampak
Kusibak sosok diriku yang hakiki
Lalu kuucapkan ya...,ya....’
Maka jika aku dianggap gila
Hanya rindu dendamlah yang membuatnya
Begitu,...
Sedang bila aku dikira sakit
Sungguh aku tak pernah terjangkiti
Penyakit
Itu hanya rasa mahabbah , asyik masyuk
Hakiki
Dan tali pengikat janji antara aku dengan Nya
Sementara kemuliaan ruh insane
Terdapat dalam kepekaan malam gelap gulita
Sungguh, mereka para pengumpat
Lantaran kedunguannya
Mencaci makiku dalam rinduku pada Mu
Aku berkata pada pandangan mataku yang cemerlang
Tentang suatu uzur yang menjadikan aku membenci
Kala kedua pandangan mataku melihat
Jelas jelas dalam nanar tanpa serangkum ucap
Dan kukabarkan kepada mereka
Bahwa mahabbah diriku mempusakai derita sakit
Maka, wahai Dzat pemberi karunia
Dengan kesantunan Mu
Janganlah Kau jahui aku
Wahai Dzat pencipta alunan ruh,
Dekatkan aku selalu kepada Mu.
No comments:
Post a Comment