Awy' Ameer Qolawun February 23 at 7:10am Reply
Dalam sebuah kesempatan saat bersama para sahabatnya, Rosululloh S.a.w bertutur :"ajari anak-anak kalian 3 hal : @ baca alqur'an @ cinta Nabi kalian @ dan cinta keluarganya" (H.R. Atthobaroni). Nah, praktek, penerapan dan cara menumbuhkan cinta Nabi di hati kita, teramat banyak. Salah satunya adalah dengan memperingati hari kelahiran beliau, atau kita mengenalnya dengan istilah MAULID. Jadi, maulid adalah salah satu bentuk dan aplikasi, juga media untuk menumbuhkan rasa cinta pada Nabi.
Memang terjadi perdebatan keras soal maulid itu sendiri, ada sekelompok orang yang dengan begitu gigih mengingkarinya, dan menyatakan bahwa hal itu bid'ah, tidak pernah dilakukan oleh Nabi dan para salah shaleh setelahnya. Yang lebih ekstrem menyatakan, bahwa pelaku maulid adalah orang-orang yang tersesat. Sebuah stempel yang sangat mengerikan.
Terlepas dari semua itu, sebenarnya ada banyak kejanggalan. Maulid bid'ah? Oke, secara istilah bahasa memang bid'ah, karena hal baru, tapi apakah bid'ah syar'iyyah? Jika menyatakan bahwa maulid adalah bid'ah syar'iyyah maka tentu hal yang lucu, kenapa? Sebab bid'ah jenis ini (yang memang sesat) adalah hanya untuk masalah ibadah. Pertanyaannya, apakah maulid itu ibadah? Tak satupun orang yang masih waras bilang bahwa maulid adalah ibadah. Karena maulid bukan ibadah. Maka tentu maulid tidaklah bid'ah yang sesat itu.
Oke, tapi kan tidak ada di zaman Nabi, beliau ga ngelakuin? Sebuah pertanyaan timbul, apakah hal yang tak dilakukan Nabi lantas artinya hal itu terlarang? Apakah ketiadaan Nabi tidak melakukan sesuatu itu adalah sebuah dalil? padahal dalam kaidah dinyatakan, ketiadaan dalil tidak menunjukkan bahwa itu dalil. Jika memang maulid dilarang, oke, adakah 1 dalil saja yang menyatakan secara terang-terangan bahwa maulid dilarang? Sampai tangan kamu gempor cari hadits yang melarang maulid pun ga akan ada. Nah, hal yang tidak ada dalilnya gini, dalam kaidah fiqih menunjukkan bolehnya dikerjakannya hal tersebut. Ini jika memang mereka yang kontra maulid memaksakan diri bahwa maulid harus berdalil (dan memang ada 21 dalil berhubungan dengan maulid di sana)
Terlepas dari ada atau tidak adanya dalil, maulid sendiri adalah sebuah ekspresi atas cinta Nabi, salahkah kita mengungkapkan cinta pada Nabi kita? Padahal cinta Nabi adalah perintah agama. Oke, ga apa tidak suka maulid, tapi setidaknya jangan menyalahkan orang yang mencintai Nabi dengan cara maulid. Lagi pula acara maulid sendiri kontainnya juga baca alqur'an, mendendangkan pujian pada Nabi, membaca sejarah beliau, bergembira atas kelahirannya, dan bersedekah dengan memberi makan pada orang yang hadir di acara itu. Apakah semua ini salah? Baca qur'an salah? Baca sejarah Nabi, salah? memuji beliau, apa juga salah? Memberi makan, bersedekah, apakah tidak boleh dan salah? Bukankah hal-hal ini semua berdalil dan di anjurkan agama? Oke, andai dalam acara maulid terjadi hal yang diharamkan, semisal bercampurnya laki-laki dan perempuan, maka kita pun mengingkarinya, tetapi bukan pada maulidnya, namun campur baurnya itu yang memang dilarang agama.
Problem tersendiri adalah saat kita memahami dalil hanya setengah-setengah dan tidak menyeluruh, atau mengartikannya sepotong tanpa melihat potongan yang lain. Atau hanya melihat satu dalil dan mengabaikan yang lain. Dan maulid ini adalah salah satu korban pemahaman nash yang tidak sempurna tadi. Alangkah meruginya orang yang menghalangi orang lain yang ingin mengekspresikan cintanya pada Rosulnya. Lebih memalukan lagi, ga mau maulid, tapi waktu diberi makanan oleh-oleh maulid, diembat juga.
Dalam sebuah cerita yang diriwayatkan Imam Al-bukhori di shahihnya, dikisahkan, bahwa Abu Lahab, musuh bebuyutan Nabi, di neraka mendapat keringanan tiap senin dengan minum air dari pangkal ibu jarinya, hanya sebab waktu Nabi dilahirkan, dia melonjak gembira dan membebaskan budaknya, tsuwaibah. Lantas bagaimana sekarang dengan orang yang dia setiap saat selalu gembira dengan Nabinya, bahagia dengan kelahirannya dan dia beriman padanya? Hal yang lucu tentu kalau ada orang mencintai Nabi malah dituduh sesat, kira-kira pergi ke mana akal orang yang seperti itu? Tidak malu apa kalah sama abu lahab, yang masih sempet mencintai Nabi?
Akhir catatan, cinta kita pada Nabi teramat kurang, malah mingkin kita tidak bisa total mencintainya, lalu jika tidak dengan acara-acara semacam ini, dengan apa lagi kita berusaha menumbuhkan cinta di hati kita? So, hayuk maulidan, ga usah ragu lagi, udah dapat cinta nabi, juga pulang dapat nasi, kenyang lahir batin, iya ga? Rizki jasmani juga rizki ruhani... Dan ga baik lho menolak rizki tu, hehehe...
Allahumma sholli wa sallim wa baarik alaih, wa ala alih :)
(thanks buat Gus Mamak yang udah ingatkan aku buat postingan ni ^^)
No comments:
Post a Comment